Pages

Minggu, 13 September 2015

Sejarah Lingkungan



Sejarah Tari Kretek­­

Kota kretek merupakan ikon kudus, satu wilayah kecil di jawa tengah yang terkenal dengan produksi rokoknya. Bukan hanya karena saat ini banyak pabrik rokok, tapi juga karena di wilayah itulah pertama kali didirikan perusahaan rokok oleh Noto Semito dengan label “bal tiga”.
Atas dasar itulah maka diciptakan berbagai hal seputar kretek, salah satunya adalah tari kretek.
Asal muasal terciptanya tari kretek adalah tidak lepas dari dibangunnya meseum kretek kudus pada tahun 1987 atas inisiatif bapak gubernur jawa tengah supadjo rustam ketika berkuasa. Pada saat peresmian museum kretek, beliau menginginkan adanya suguhan tarian khas kudus sebagai salah satu bentuk identitas Kota kudus. Tanggap akan permintaan tersebut, Bapak dwi jaswono yang menjabat sebagai kasi kebudayaan pada masa itu meminta Ibu Endang yang merupakan seorang koreografer untuk menciptakan gerakan tari kretek. Awalnya tarian yang diciptakan diberi nama tari mbathil yang selanjutnya berkembang dengan sebutan tari kretek.
Sebagaimana tari tradisional lainnya, Tari kretek bukanlah garakan yang asal-asalan, tari tersebut juga memiliki nilai filosofis. Dari pakaian yang dikenakan, berupa kebaya anggun dengan selendang bergaris berwarna hitam dengan topi lebar, menggambarkan kesejahteraan warga kudus dari dulu hingga sekarang karena adanya imbas dari industri rokok. Sedangkan gerakannya merupakan gambaran dari proses pembuatan rokok, mulai dari pemilihan tembakau sampai sudah berupa lintingan, hingga rokok tersebut siap untuk dipasarkan.
Namun kurangnya minat masyarakat kudus terhadap tarian ini membuatnya sulit berkembang sehingga masyarakat kudus sendiri maupun di luar kota jenang tersebut jarang yang tahu bahwa di kudus memiliki tarian tradisional yang menggambarkan situasi sosial masyarakat kudus pada umumnya. Terutama generasi muda yang seharusnya memegang tongkat estafet akan kearifan lokal ini, ternyata lebih suka dengan kebudayaan moderen.
Kurangnya pementasan tari ini juga semakin membuat lenggokan tari kretek kian tidak populer. Hal ini tidak lepas dari minimnya perhatian pemerintah daerah (Pemda), khususnya dinas kebudayaan setempat yang jarang sekali memfasilitasi dalam mengadakan pertunjukan.
Selama ini pementasan tari kretek hanya pada acara khusus saja. Semisal pada waktu musyawarah nasional (munas) III FSPR TMM (federasi serikat pekerja rokok tembakau, makanan, dan minuman) pada bulan juli 2005 di kudus, serta parade seni dan budaya dalam rangka memperingati hari jadi jawa tengah pada bulan agustus 2008. Pemkab kudus belum pernah mangadakan pertunjukan tunggal untuk tari kretek. Promosi di media masa, khususnya internet juga sangat minim.
Inilah saatnya Pemkab kudus memperhatikan hasil budaya tersebut. Sehingga akan mempertegas identitas kudus sebagai “kota kretek”.




1 komentar:

Indah Fii Zahrotil Chusna mengatakan...

lumayan bagus nda

Posting Komentar